
MEMIKIRKAN YANG RUMIT
Dalam perjalanan panjang hidup, semua orang pasti tahu bahwa akhir dari itu semua adalah kematian. Akan tetapi bagaimana perjalanan itu adalah tanggung jawab dari masing-masing pribadi.
Awal yang terang setelah sembilan bulan berada dalam dunia yang penuh dengan keenakan dunia, karena tidak perlu memikirkan makanan, perbuatan, amal dan dosa karena itu tergantung dari ibu yang mengandung. Terangnya dunia membuat banyak sekali manusia mungil ini menangis, ada yang mengatakan ia menangis karena terangny dunia dan banyaknya kemaksiatan ataupun ia menangis karena merasa tidak sanggup atau takut untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Wallahua'lam. Justru tangisan itulah yang sangat dinantikan oleh banyak orang sebagi tanda kehidupan penghuni dunia yang baru.
Perjalanan selanjutnya adalah mengawali hidup dengan minuman khas yang sangat mengasyikkan sebagai energi dan bentuk kasih sayang seorang ibu yaitu ASI. Semuanya pernah minum ASI kan? mudah-mudahan. Perjalanan tidak hanya berleha-leha untuk minum saja ia dituntut untuk dapat berjalan dan berbicara sesuai dengan umur. Berjalan perlahan-lahan dan berbicara terbata-bata. Lucu. Melafalkan ibu, ayah dengan suara cedal.
Beranjak dari itu memasuki dunia kanak-kanak yang masih dalam lindungan malaikat, bergembira tiada tara, main kesana kemari ke rumah teman, mandi di kali (yang pernah), main petak umpet dan lain sebagainya. Ataupun pergi ke sawah dengan teman-teman.

Sebagi manusia yang sudah mendapat kodrat umur bertambah dan tidak bisa hanya menginginkan umur segitu saja atau menginginkan kembali ke masa lalu, maka bertambahnya usia membuat pikiran masing-masing orang pun bertambah. Tidak hanya memikirkan lingkungan desa melainkan seluruh dunia.
Tambahnya pikiran itu menjadi pemicu beraneka ragam penyakit yang dapat merusak otak dan hati, Silahkan pikirkan!
Penelitian yang sudah ada menyatakan bahwa makin bertambahnya usia dan jalan pemikiran maka resiko terkena penyakit dalam akan semakin besar. Semisal yang banyak mengancam para remaja, dewasa, paruh baya bahkan anak-anak zaman sekarang adalah CINTA!!!
Silahkan lihat di koran-koran, ataupun televisi, banyak para remaja yang ditangkap petugas Satpol PP lantaran bolos sekolah. Alasan mereka cuman satu. Ingin refresing dari kepenatan belajar yang membosankan dengan ditemani sang pacar. Ataupun ada yang lebih parah, membuat video kemesraan dan disebarkan lewat handphone dan internet. Tragis bukan.
Tapi ada yang bisa mencegah itu semua, perhatian orang tua, kasih sayang teman, keamanan lingkungan dan kontrol emosi. Kontrol adalah sesuatu yang harus ada pada tiap diri remaja. Karena usia ini adalah RAWAN. Mengontrol keinginan untuk bersenang-senang sesaat dapat menjadikan kedewasaan pikiran dan hati. Semisal mengontrol keinginan untuk sensasi pacaran. Bisa di lihat foto pertama diatas. Silahkan artikan, tapi yang saya tekankan mereka sudah suami istri. Indah bukan naik sepeda ontel di pinggiran sawah tanpa rasa takut ketahuan ortu karena belum izin atau takut fitnah orang. Jadi siapa yang mau ikut langkah Mang Jaja sama istrinya Yu Sumi???
Dalam perjalanan panjang hidup, semua orang pasti tahu bahwa akhir dari itu semua adalah kematian. Akan tetapi bagaimana perjalanan itu adalah tanggung jawab dari masing-masing pribadi.
Awal yang terang setelah sembilan bulan berada dalam dunia yang penuh dengan keenakan dunia, karena tidak perlu memikirkan makanan, perbuatan, amal dan dosa karena itu tergantung dari ibu yang mengandung. Terangnya dunia membuat banyak sekali manusia mungil ini menangis, ada yang mengatakan ia menangis karena terangny dunia dan banyaknya kemaksiatan ataupun ia menangis karena merasa tidak sanggup atau takut untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Wallahua'lam. Justru tangisan itulah yang sangat dinantikan oleh banyak orang sebagi tanda kehidupan penghuni dunia yang baru.
Perjalanan selanjutnya adalah mengawali hidup dengan minuman khas yang sangat mengasyikkan sebagai energi dan bentuk kasih sayang seorang ibu yaitu ASI. Semuanya pernah minum ASI kan? mudah-mudahan. Perjalanan tidak hanya berleha-leha untuk minum saja ia dituntut untuk dapat berjalan dan berbicara sesuai dengan umur. Berjalan perlahan-lahan dan berbicara terbata-bata. Lucu. Melafalkan ibu, ayah dengan suara cedal.
Beranjak dari itu memasuki dunia kanak-kanak yang masih dalam lindungan malaikat, bergembira tiada tara, main kesana kemari ke rumah teman, mandi di kali (yang pernah), main petak umpet dan lain sebagainya. Ataupun pergi ke sawah dengan teman-teman.

Sebagi manusia yang sudah mendapat kodrat umur bertambah dan tidak bisa hanya menginginkan umur segitu saja atau menginginkan kembali ke masa lalu, maka bertambahnya usia membuat pikiran masing-masing orang pun bertambah. Tidak hanya memikirkan lingkungan desa melainkan seluruh dunia.
Tambahnya pikiran itu menjadi pemicu beraneka ragam penyakit yang dapat merusak otak dan hati, Silahkan pikirkan!
Penelitian yang sudah ada menyatakan bahwa makin bertambahnya usia dan jalan pemikiran maka resiko terkena penyakit dalam akan semakin besar. Semisal yang banyak mengancam para remaja, dewasa, paruh baya bahkan anak-anak zaman sekarang adalah CINTA!!!
Silahkan lihat di koran-koran, ataupun televisi, banyak para remaja yang ditangkap petugas Satpol PP lantaran bolos sekolah. Alasan mereka cuman satu. Ingin refresing dari kepenatan belajar yang membosankan dengan ditemani sang pacar. Ataupun ada yang lebih parah, membuat video kemesraan dan disebarkan lewat handphone dan internet. Tragis bukan.
Tapi ada yang bisa mencegah itu semua, perhatian orang tua, kasih sayang teman, keamanan lingkungan dan kontrol emosi. Kontrol adalah sesuatu yang harus ada pada tiap diri remaja. Karena usia ini adalah RAWAN. Mengontrol keinginan untuk bersenang-senang sesaat dapat menjadikan kedewasaan pikiran dan hati. Semisal mengontrol keinginan untuk sensasi pacaran. Bisa di lihat foto pertama diatas. Silahkan artikan, tapi yang saya tekankan mereka sudah suami istri. Indah bukan naik sepeda ontel di pinggiran sawah tanpa rasa takut ketahuan ortu karena belum izin atau takut fitnah orang. Jadi siapa yang mau ikut langkah Mang Jaja sama istrinya Yu Sumi???